PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
ANATOMI DAN
FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Sistem
perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria (kandung
kemih), dan uretra.
Ginjal
Fungsi vital
ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia. Di
samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme terpenting
homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin/racun,
memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan keseimbangan asam-basa
cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam darah.
Bentuk ginjal
kiri lebih besar dari ginjal kanan. Ontogenitis, berasal dari mesoderm, terletak
dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah kanan dan kiri dari
kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Ginjal kanan
terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini karena adanya hati di sebelah kanan dan menekan
ke bawah. Bila ginjal dibelah dua, secara longitudinal (memanjang), dapat
terlihat. bagian luar yang bercak-bercak disebut korteks, serta bagian dalam yang bergarisgaris disebut medula. Medula terdiri dari
bangunan-bangunan berbentuk kerucut yang disebut
renah piramid. Puncak kerucut tadi menghadap ke ;=.aliks yang terdiri dari iubang-lubang kecil (papila renalis). tiara
pyramid dipisahkan sate dengan
lainnya oleh kolumna renalis. Garis yang terlihat pada piramid disebut
tubulus.
Pada pemeriksaan
secara mikroskopis, terlihat ginjal berbentuk seperti corong dengan batang yang
panjang dan berkelok-kelok. Bagian corong tersebut dinamakan kapsula Bowman
yang terdiri atas dua lapis sel-sel gepeng.
Ruangan kapsula Bowman dan glomerolus disebut karpusguli renalis (korpuskulam malfigi).
Proses pembentukan urine diawali
dengan masuknya darah melalui vas aferen ke
dalam glomerolus clan keluar melalui vas eferent. Bagian yang mer,yerupai bentuk batang yang terdiri dari
tubulus kontortus proksimal, ansa
Henle, tubulus kontortus distal. tubulus koligentes. Pada Bagian-Bagian batang
ini terjadi proses: filtrasi, reabsopsi, dan sekresi.
Proses filtrasi
terjadi pada glomerolus karena permukaan aferen lebih began daripada
permukaan eferen. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyaringan
darah. Pada proses ini yang tersaring adalah Bagian cair dari darah kecuali
protein. Selanjutnya, cairan tersebut, yaitu air, glukosa, natrium,
klorida, sulfat, dan bikarbonat. Ditampung oleh simpai Bowman yang selanjutnya
diteruskan ke tubulus-tubulus ginjal.
Proses reabsorbsi terjadi pada
tubulus-tubulus ginjal. Di sini terjadi penyerapan
kembali dari sebagian air, glokosa, atrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan beberapa ion bikarbonat. Pada
tubulus ginjal bagian atas, terjadi
proses pasif (reabsorpsi obligatori). Sedangkan pada tubulus ginjal bawah terjadi proses aktif (fakultatif
reabsorpsi) yang menyerap kembali natrium
dan ion bikarbonat bila diperlukan. Sisa hasil reabsorpsi akan dialirkan ke papilla renalis.
Pelvis renalis (piala
ginjal) merupakan bagian dari ginjal dengan duktus papillaris
Bellini bermuara pada renalis yang menyebabkan terbentuknya area kribiformis
pada papilla ginjal. Papilla renalis terlihat, menonjol ke dalam satu kaliks
minor, bersatu menjadi kaliks mayor, inipun menjadi pelvis renalis. Pelvis
renalis ini berlanjut menjadi ureter.
Ureter
Air kemih
disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui ureter.
Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang menghubungkan pelvis
renalis dengan kandung kemih. ,
Panjang ureter
kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra sebagian terletak
dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya berjalan di dalam rongga panggul (pars
pelvira). Otogenitis ureter termasuk berasal
dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada retroperitonialis. Dinding
utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot polos, dan
jaringan fibrosa.
Vesika urinaria
Aliran urine dari
ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti balon
karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila
terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.
Kandung kemih
berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks, fundus,
dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan dan
berhubungan dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian fundus merupakan bagian
yang menghadap ke arah belakang dan bawah.
Bagian korpus berada di antara verteks dan fundus. Bagian fundus terpisah dari rektum oleh spasium
rektovesikula yang terisi oleh jaringan
ikat, duktus deferens, vesikula seminalis. Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos dan selapis
mukosa yang berlipat-lipat. pada
diding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian yang tidak berlipat, daerah ini
disebut trigonum liestaudi.
Uretra
Uretra merupakan
saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki,
uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati
tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki,
uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan
pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra
terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas,
panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina.
Uretra perempuan berfungsi sebagai
saluran ekskretori.
PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN
Tanda dan gejala gangguan/penyakit
pada sistem perkemihan dapat dilihat atau
ditanyakan langsung pada pasien, yang meliputi:
Frekwensi buang berkemih (miksi):
- Poliuri (sering miksi)
- Oliguri (jumlah urine yang keluar kurang dari normal, minimal urine keluar kurang lebih 400 cc)
- Stranguri (miksi sering tetapi sedikit-sedikit, lambat dan sakit).
- Urgensi (pasien berkeinginan untuk miksi, tetapi tidak terkontrol untuk keluar).
- Nokturi (pasien terbangun tengah malam untuk miksi).
- Pasien mengalami keraguan/kesukaran saat memulai untuk miksi. Intermiten (pasien mengalami tempo berhenti arcs urinenya selama miksi).
- Urine keluar secara menetes atau tidak memancar).
- lnkontinen urine (urine keluar dengan sendirinya tanpa disadari).
Kelainan miksi:
- Disuri (adanya rasa sakit sewaktu miksi)
- Adanya rasa papas sewaktu miksi
- Hematuri (adanya darah yang keluar bercampur dengan urine).
- Piuri (adanya nanah dalam urine, keadaan ini diketahui melalui pemeriksaan mikroskopis, disebabkan tidak semua urine menjadi keruh karena mengandung nanah.
- Lituri (urine keluar bersama bate kecil sewaktu miksi)
Selain hal-hal di
atas, dalam pengkajian pasien harus termasuk : 1) identitas pasien; 2) riwayat kesehatan umum
meliputi berbagai gangguan/penyakit yang
lalu, yang berhubungan atau yang dapat mempengaruhi penyakit perkemihan, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat
kesehatan pasien; 3) riwayat kesehatan
sekarang meliputi keluhan/gangguan yang berhubung
an dengan
gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini.
GANGGUAN SISTEM
PERKEMIHAN
Penyakit ginjal polikistik
Penyakit ginjal
polikistik merupakan suatu keadaan ginjal dipenuhi oleh banyak kista.
Penyebab kelainan ini adalah heriditas. Bila penyakit ini mengenai
anak-anak, akan bersifat progresif dan dapat menyebabkan kematian. Bila
mengenai orang dewasa, gejala akan timbul setelah pasien berusia 30 tahun.
Patofisiologi.
Ginjal dipenuhi oleh kista yang demikian membesar, mendesak jaringan
ginjal dan sekitarnya yang berangsur-angsur menghancurkan jaringan ginjal, yang.pada akhirnya
pasien menderita kegagalan ginjal.
Gejala dan tanda.
Nyeri menusuk di daerah pinggang disertai pembesaran ginjal yang dapat diraba dari
luar. Sebagian besar pasien menderita
hipertensi.
Terjadi hematuri dan demam.
Pemeriksaan diagnostik. Untuk
memastikan adanya kelainan ini perlu dilakukan
pemeriksaan IVP (intravenous pyeiography). Penggambaran dengan kontras dari piala ginjal dan
saluran-salurannya. Tindakan ini untuk melihat
fungsi sekresi dan ekskresi dari kedua ginjal, melihat apakah ada bate radiopaque dan radio luccut, dan melihat apakah
ada kelainan pada ginjal
Tindakan pengobaton Penatalaksanaan
pasien dengan penyakit ginjal polikistik
meliputi :
- Diet rendah protein yang memperlambat terjadinya kegagalan ginjal.
- Pasien harus istirahat di tempat tidur.
- Pembedahan dengan operasi Rovsings, suatu tindakan untuk melubangi kista, ini dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Persiapan untuk tindakan ini sama seperti persiapan pasien untuk operasi pada umumnya.
- Dialisis renal dan transplantasi ginjal bila pasien mengalami gagal ginjal. Bila ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, pasien mengalami gagal ginjal.
Prognosis. Gangguan ini pada
anak-anak dapat menyebabkan kematian. Pada orang dewasa bila tidak ditangani
dengan baik dapat menyebabkan kegagalan ginjal.
Persiapan untuk tindakan IVP
- Buat perjanj an dengan bagian radiologi
- Hasil pemeriksaan ureum dan kreatinin harus dalam Batas normal
- Sehari sebelumnya pasien makan bubur kasar
- Pukul 18:00 pasien makan terakhir
- Pukul 20:000 pasien diberikan 30 gram garam Inggris atau tablet laksansia
- Pukul 22:00 dipuasakan'sampa selesai pemeriksaan
- Pagi hart diberikan lagi obat tablet, diberikarnsupositoria per awal
- Pasien dilarang merokok dan dianjurkan untuk tidak'banyak bicara
GANGGUAN
PADA URETER
Kelainan bawaan pada ureter jarang
ditemukan. Meskipun demikian, di bawah ini
dikemukakan tentang beberapa kelainan ureter dapat ditemukan.
Ureter Kembar Atau Ureter Bifida
Ureter kembar
ialah terdapatnya dua ureter pada satu ginjal, sedangkan ureter yang
bercabang pada suatu tempat sehingga berbentuk huruf Y. Kelainan ini
berasal clan dua buah ureter, biasanya disertai piala ginjal
kembar atau dapat
pula terjadi sebuah piala yang besar dengan piala ginjal yang bercabang.
Pembuluh Darah Ginjal Aferens
Kelainan ini
dapat terjadi pada vena maupun arteri yang berasal dari arteri renalis maupun
aorta. Pembuluh darah ginjal aferens dapat mengakibatkan ureter terjepit
dan menimbulkan gejala-gejala sumbatan.
Kelainan Lumen Ureter
Kelainan ini
terjadi akibat penyempitan yang dapat menimbulkan gejala obstruksi pada
ureter dapat diperkirakan dari melilit atau tertekuk di ureter.
Kelainan Muara Ureter
Kelainan muara
ureter yaitu berpindahnya muara ureter dan melekat pada organ yang lain.
Pada laki-laki, muara ini melekat pada uretra pays prostalika, duktus
ejakulatorius, vesikula seminalis, dapat pula pada vas deferens. Sedangkan pada
perempuan, muara ini dapat melekat pada uterus, uretra,
vagina.
GANGGUAN PADA KANDUNG KEMIH
Kelainan bawaan
pada kandung kemih dapat berupa tidak adanya kandung kemih don ekstrofi
kandung kemih.
Gangguan pada
uretra
Kelainan pada uretra antara lain
hipospadia pada pria, yaitu suatu keadaan di
mana uretra pada bagian distal penis, tidak berkembang dengan sempuma. Tindakan yang dapat dilakukan ialah
operasi bedah plastik untuk menyambung
defek tersebut. Operasi dilakukan bila usia anak sudah mencapai kurang lebih empat tahun.
Gangguan berkemih
Retensi Urine
Retensi urine adalah tertahannya urine
di dalam kandung kemih, dapat terjadi
secara akut maupun kronik. Pada keadaan akut, berkemih berhenti secara mendadak di mana pasien tiba-tiba tidak
bisa berkemih. Dalam keadaan kronik,
retensi urine terjadi akibat adanya obstruksi yang terusmenerus pada
uretra.
Penyebab gangguan
ini adalah:
- pada lumen uretra, misalnya karena adanya kalkulus.
- pada dinding uretra, yaitu karena adanya striktur.
- pada dinding uretra yang tertekan, misalnya karena hipertrofi prostat, fimosis.
Patofisiologi. Obstruksi pada
uretra menyebabkan kesulitan miksi serta menimbulkan
hipertrofi otot kandung kemih. Hal ini akan menimbulkan urine yang jumlahnya makin meningkat selanjutnya terjadi dilatasi
permanen pada kandung kemih.
Gejala don tanda.
Diawali dengan aliran urine yang makin lambat,
kemudian terjadi poliuria yang makin
lama makin parch disebabkan oleh pengosongan
kandung kemih yang tidak efisien. Selanjutaya, akan terjadi distensi
abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
Prognosis. Bila penatalaksanaan pada keadaan akut
kurang baik dapat menyebabkan retensi kronik.
Penatalaksanaan. Untuk gangguan ini
dilakukan kateterisasi uretra, dilatasi uretra dengan bougi, don drainase supra
pubik.
Katetertsasi
Katetecisasi urine.adalah
memasukkan kateter e dalam kandung; kemih mePalcti uretra.
- MengetuarKan air tcemtn
- Mengosol gkan kandung kemih untuk, suatu pemeriksan dan persiapan operas!.
- Menampung air kemih.
indikasi:.
- Pasiein yang mengalami retensi.i urine.
- Pasien yang perlu pemeriksaan urine stern.
- Pasien yang.akan dilakukan foto daerah kandung kemih.
Persiapan pasien
- Pasien diberitahu engenai.tindakan yang akan dilakuk n
- Menjaga privasi clan rasa aman pasien
- Atur p©sis tidur pasien dengan coca menekuk kedu fu ut.
Inkontinensi Urine
Inkontinensia
urine adalah suatu keadaan urine bocor secara terus menerus. Penyebab gangguan
ini adalah trauma sfingter, gangguan neurogenik dari saluran urinaria
bagian bawah, adanya fistula karena operasi, kongenital fistula, ektopik
uretral orifisium.
INFEKSI SALURAN KEMIH
Pielonefritis
Pielonefritis
adalah infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih
bagian bawah terns naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai baik parenkirn
maupun pelvis ginjal.
Gangguan ini dapat
disebabkan oleh bakteri E.coli, karena resisten terhadap obat antibiotik, atau
obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis.
Patofisiologi.
Gangguan akut terjadi bila infeksi bakteri naik dari saluran kemih bagian
bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Sedangkan gangguan
kronik terjadi bila infeksi dapat terjadi karena adanya bakteri tetapi
dapat juga karena faktor lain, seperti obstruksi saluran kemih. Pielonefritis
kronik dapat merusak jaringan ginjal secara parmanen dan dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal
kronik.
Pielonefritis akut
Bering juga ditemukan pada perempuan hamil biasanya diawali dengan hidroureter dan
hidronefritis akibat obstruksi ureter karena uterus
yang membesar. Tanda dan gejala pielonefritis akut adalah rasa nyeri dan nyeri
tekan pada daerah ginjal, pangs tinggi dan terjadi respons sistemik yang umum, sering miksi dan terasa nyeri, dan dalam
urine ditemukan adanya leukosit dan
bakteri. Penatalaksanaan gangguan ini dengan memberi pasien banyak minum dan tempi antibiotika.
Pielonefritis
kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang sehingga kedua ginjal
perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala gangguan ini ditunjukkan
dengan adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang darn kesehatan
pasien semakin menurun pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
Pemeriksaan
diagnostik untuk infeksi saluran kemih adalah dengan IVP, sistoskopi, kultur urine, atau biopsi
ginjal.
Prognosis baik bila
dilakukan pengobatan tepat, tetapi bila infeksi berlangsung terns, dapat terjadi
atrofi pielonefritis. Komplikasi penyakit ini meliputi hipertensi, pembentukan
batu dan kegagalan ginjal. Sehingga perlu dilakukan pencegahan, dengan deteksi dini dan perawatan
serta pengobatan yang adekuat terhadap infeksi saluran kemih bagian bawah
(ureteritis, sistitis. uretritis).
Kultur urine
Kultur urine
adalah menyiapkan urine steril untuk pemeriksaan kultur dengan cara pengambilan
urine tengah (mid-stream). Tujuan
pemeriksaan ini untuk mengathui
infeksi saluran kemih.
Persiapan pasien a tat.
- Pasien diberi tahu mengenai keadaan yang akan dilakukan
- Sediakan `botol pemeriksaan steril dan tutupnya (disteril secara kering).
- Bersihkan area kelamin dengan menggunakan larutan sabun.
- Urine yang pertama keluar tidak ditampung, pasien diminta untuk menahan urinenya.
- Selanjutnya urine ditampungg dalam botol stern secara hati-hati.
Biopsi Ginjal
Biopps! ginjal adalah mengambil
sedikit jaringah—ginjal Tujuan tindakan ini untuk
nengetahui patologi-anatomi (PA) dari: jaringan ginjal. Indikasi tindakan inik untuk pasien dengan penyakit ginjal seperti
sindrom nefrotik atau karsinoma ginjal.
Persiapan pasien:
- Dilakukan pemeriksaan laboratorium Betas lengkap terutama fungsi ginjal, yaitu VCT, urine lengkap, masa protrombin (masa pembekuan dan masa perdarahan) dan dash lengkap dan BNO/lVP
- Tiga hari sebelum dilakukan biopsi pasien diberi vitamin K tablet atau suntikan vitamin K selama 3 hari,berturut-turut.
Ureteritis
Ureteritis adalah
peradangan pada ureter. Gangguan ini terjadi karena adanya infeksi
baik pada ginjal maupun kandung kemih.
Patofisiologi.
Infeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya menjadi sistitis
(akibat infeksi desendens) atau sebaliknya. Aliran urine dari ginjal ke
buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter,
menyebabkan striktur dan hidronefrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, juga
mengganggu peristaltik ureter.
Sistitis
Sistitis adalah
peradangan pada vesika urinaria dan sering ditemui. Infeksi ini terjadi karena
E. coli (banyak ditemukan pada perempuan), infeksi ginjal, dan hipertrofi
prostat karena adanya urine sisa.
Sistitis
primer adalah radang
buli-buli yang terjadi karena adanya penyakit atau gangguan antara lain batu buli-buli,
divertikal buli-buli, hipertrofi prostat, atau striktura uretra. Sistitis sekunder
adalah gejala sistitis timbul sebagai akibat dari penyakit pada sistem lain.
Sistitis akut
menunjukkan tanda dan gejala peningkatan frekuensi miksi, baik diurnal
maupun noktural. Disuri karena epitelium yang meradang tertekan, rasa
nyeri pada daerah suprapubis atau perineal. Pemeriksaan diagnostik
dilakukan dengan spesimen (bahan) urine porsi tengah (midstream) diperiksa
dan dibenihkan. Infeksi pada buli-buli mempunyai kemungkinan untuk dapat sembuh
dengan sendirinya bila tidak terjadi komplikasi. Tindakan pengobatan dilakukan dengan
pemberian antibiotika, antiepamodik, tranquilizer, robordatia dan banyak minum
untuk melarutkan bakteri.
Sistitis kronik
disebabkan oleh infeksi kronik dari traktus urinarius bagian atas, adanya sisa
urine, stenosis dari traktus urinarius bagian bawah, pengobatan
sistitis akut yang tidak sempurna, adanya faktor predisposisi. Tanda dan gejala
sama dengan sistitis akut tetapi berlangsung lama dan sering tidak begitu
menonjol. Pemeriksaan diagnostik pada pasien perlu dilakukan NP dan sistoskopi.
Tindakan penanggulangan dengan banyak minum
untuk melarutkan bakteri, pemberian antibiotika, irigasi kandung kemih dengan
larutan antiseptik ringan. Pencegahan sistitis khususnya untuk perempuan, dengan menggunakan celana dalam yang
selalu berada dalam keadaan kering,
bilas alat genital dari arah depan ke belakang.
Irigasi kandung kemih
Irigasi;kandung
kemih adalah.#indakan mencuci kandungg kemih dengan cairan yang mengalir.
Tindakan ini dilakukan untuk memberi pengobatan, memanaskan mukosa kandung kemih, membersihkan kandung kemih. Persiapan
pasien sama seperti pers apan pada
pelaksanaan tindakan kateterisasi.
Indikasi tindakan:
Radang kandung
kemih
Peradangan saluran
kemih bagian atas
Peradangan kandung kemih
Pasien menggunakan
kateter.
Rendam duduk
Rendam duduk
adalah merendam daerah anus dan sekitarnya serta daerahh genetalia. Tujuan
tindakan ini ialah memberikan perawatan/penanggulangan untuk membersihkan luka dan untuk mengurang
rasa sakit. Tindakan ini dilakukan untuk pasien dengan peradangan, luka terbuka-yang kotor pada daerah anus dan genetalia,
Persiapan alat
dan bahan:
- Zeil bak rendam duduk spiritus bakar dalam tempatnya
- Korek api
- Termometer air
- Peniti
- Handuk
- Plester
- taunting .
- Bak steril bertutup berisi kain kasa dan pinset
- Cairan obat yang diperlukan (mis. kalium permanagat 4%)
- Selimut mandi
- Tirai
Cara mengaiar:
- Pasien diberi tahu tentang tindakan yang akan dikerjakan.
- Alat-alat disiapkan dan diletakkan dekat pasien.
- Tirai dipasang.
- Perawat mencuci tangan.
- Zeil rendam duduk di flambir, kemudian diisi cairan obat sebanyak sepertiga bagian,, ukur suhu cairan dengan menggunakan termometer air, dengan suhu 40-43°C
- Pasang Selimut mandi sampai menutupi seluruh bokong pasien, pakaian bawah pasien dilepaskan. Pakaian pasien bagian atas dilipat dan diberi peniti agar tidak terendam air. Pasien diminta untuk duduk di atas zeil selama 10-15 menit.
- Bila sudah selesai, bokong pasien dikeringkan dengan handuk. Tutup luka dengan menggunakan kasa steril dan pinset, kemudian luka diplester. Pakaian bawah pasien dipakaikan kembali, selimut diangkat. Pasien dianjurkan untuk istirahat kembali di tempat tidur. Alat-alat dibereskan dan dibersihkan.
URETRITIS
Uretritis adalah peradangan pada
uretra. Infeksi ini disebabkan oleh kuman gonorroe
atau kuman lain, kadang-kadang uretritis terjadi tanpa adanya bakteri.
Uretritis akut biasanya
terjadi karena naiknya infeksi atau sebaliknya, oleh karena prostat mengalami
infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita oleh kaum lake-lake. Tanda dan gejala
uretritis meliputi mukosa merah edema, terdapat cairan eksudat yang purulen, ada ulserasi pada
uretra, ada rasa ' gatal yang menggelitik, gejala khas pada
uretritis GO, yaitu "good morning sign".
Pada lake-lake, pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat oleh kelompok nanah. Pada perempuan, jarang
ditemukan ureteritis akut, kecuali
bila pasien menderita GO.
Pemeriksaan
diagnostik untuk uretritis akut dilakukan pemeriksaan terhadap sekret
uretra untuk mengetahui kuman penyebab. Tindakan pengobatan dengan
memberi antibiotika. Bila terjadi striktur dilakukan dilatasi uretra dengan
menggunakan boligit. Bila komplikasi berikan antibiotika.
Uretritis kronik. Infeksi ini disebabkan oleh
pengobatan yang tidak sempurna pada masa
akut, prostates kronik, atau striktura uretra. Tanda dan gejala infeksi
ini berupa mukosa terlihat granuler dan merah dan getah uretra positif terlihat pada page hari sebelum miksi
pertama. Bila tidak diobati dengan
baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter, ginjal. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian
kemoterapi dan antibiotika atau
banyak minum untuk melarutkan bakteri (kurang lebih 3000 cc/ hari). Komplikasi gangguan ini berupa radang yang
dapat menjalar ke
prostat.
• Batu
saluran kemih
Batu saluran
kemih adalah adanya bate pada saluran kemih yang bersifat idiopatik dan dapat
menimbulkan stasis dan infeksi. Penyebab gangguan ini masih belum
dapat dipastikan, kemungkinan karena adanya faktor infeksi (infeksi
tersering disebabkan oleh E. coli), defisiensi vitamin A, diet yang salah, kekurangan
minum atau dihidrasi, hiperparatiroidisme (penyakit metabolik bawaan, faktor lingkungan
dari sumber air minum.
Bab 2 Penatalaksanaan
Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
Dikenal dua jenis bate, yaitu batu anorganik (misalnya, tripel fosfat,
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan batu
yang mengandung magnesium) dan batu
organik (misalnya, asam urat, sistin, xantin). Secara radiologis,
batubatu ini dikenal berupa batu
radiopaque, (umumnya bate ini adalah batu anorganik) dan bate radiolucent (umumnya dari batu-batu organik).
Patofisiologi. Di dalam air seni
terdapat pembentuk bate, yaitu asam urat dan oksalat. Kelarutan bahan-bahan tersebut di dalam
saluran urine tergantung pada pH urine. Selain dari bahan-bahan tersebut, di dalam
urine terdapat
juga bahan koloid, yaitu musin, asam musin, kontraitin. Bila salah satu dari ketiga bahan tersebut tidak
ada, akan terjadi kristalisasi dari bahanbahan yang lain. Selanjutnya,
kristalisasi berlangsung terns mengendap pada organ
saluran kemih dan menjadi batu saluran kemih.
Pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan dengan analisis urine (volume urine, berat jenis urine,
protein, reduksi, sedimen) dan kultur urine (terhadap mikroorganisme, tes sensitivitas).
Juga dilakukan foto ronsen dengan BNO (bulk nier oueazicht) atau foto
abdomen. Dare pemeriksaan ini dapat diketahui batu dalam saluran kemih, contoh di
ginjal. Sedangkan IVP dilakukan untuk mengetahui struktur sistem kalis ginjal, ureter dan
kandung kemih.
Pemeriksaan BN0
Pemeriksaan BNO
adalah penggambaran dari ginjal dan kandung kemih kemih. Tujuan tindakan inii untuk menilai kontur, letak dan besar batu ginjal dan untuk melekat kolunma
vertebralis.
Persiapan pasien:
Sehari sebelum
pemeriksaan, pasien barns makan bubur
kecap.
Pukul 19.00 pasien makan malam
terakhir selanjutnya pasien
puasa, dilarang
merokok dan mengurangi bicara.
Pukul 20.00
pasien minum garam Inggris sebanyak 30 gram.
Pukul 04.00
pasien dilakukan klisma.
Pukul 08.00
pasien diantar ke bagian radiologi.
• Tipe
batu pada sistem perkemihan
Tipe bate dapat
dibedakan menurut tempatnya, yaitu batu ginjal, ureter, kandung kemih
(vesikolitiasis), dan batu uretra.
BATU GINJAL
Batu yang
terbentuk di ginjal dapat menetap pada beberapa tempat di ginjal seperti di kaliks
minor atas, kaliks minor bawah, kaliks mayor, di daerah pielum, dan batu
di atas up junction.
Batu di kaliks minor atas. Batu ini merupakan
silent stones. Tanda dan gejalanya meliputi rasa pegal di daerah pinggang,
sakit terus-menerus dan menekan pada daerah
pinggang, kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara
perlahan-lahan, rasa nyeri di daerah pinggang, menjalar ke perut tengah-bawah, selanjutnya ke arah penis
dan vulva. Dapat disertai anoreksia,
muntah dan perut kembung. Hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan urine tidak
mengandung batu, leukosit banyak hematuri.
Bila terjadi
kolik, diberi analgesik dan pasien harus banyak minum. Bila merupakan silent
stones, tanpa ada tanda-tanda kolik, tidak ada infeksi dan perdarahan, pada batu ini
tidak dilakukan tindakan medis.
Bila menimbulkan pielonefritis berulang, dilakukan nefrektomi partial. Hal
ini dikarenakan bila hanya dilakukan
pengangkatan batu saja, dapat bersifat residif.
Batu di kaliks minor bawah. Batu yang terdapat
pada bagian ini biasanya merupakan bate
koral (staghorn stone) dan berbentuk seperti arsitektur dari kaliks. Batu ini
makin lama makin bertambah besar dan mendesak parenkm ginjal, sehingga parenkim ginjal makin menipis.
Jadi batu ini berpotensi bahaya bagi ginjal.
Untuk bate
unilateral bila faal ginjal lainnya masih balk, tindakan yang dilakukan adalah nefrektomi total pada
ginjal yang sakit. Bila menimbulkan nefrotiasis
dan perdarahan, dilakukan nefrolitotomi, satu per satu. Untuk batu bilateral pada orang muda dengan faal ginjal
masih baik (kadar ureum dan kreatinin baik) dilakukan tindakan nefrotomi satu
per sate. Pada orang tua, tidak
dilakukan operasi, pengobatan bersifat konservatif yaitu dengan pemberian
diuretika dan antibiotika.
Batu di kalix mayor. Jenis batunya adalah batu koral (steghorn stone) tetapi tidak menyumbat.
Batu pada daerah ini, sering tidak menimbulkan gejala yang mencolok/akut, tetapi sering ditemukan terjadinya
pielonefritis karena infeksi yang
berulang-ulang. Batu inipun makin lama makin membesar dan mendesak parenkim ginjal sehingga parenkim makin menipis. Batu inipun berbahaya bagi ginjal.
Untuk batu
unilateral. bila faal ginjal lainnya masih baik, tindakan yang dilakukan adalah
nefrektomi total, dengan alasan batu ini bersifat residif. Sesudah operasi
sering berakibat menurunnya fungsi ginjai karena ginjal mengalami fibrosis. Dapat terjadi
perdarahan sesudah operasi yang akhirnya memerlukan
tindakan nefrektomi. Pendapat lain mengatakan bahwa
tindakan awal
yang perlu dilakukan adalah neftolitotomi, dan bila terjadi pendarahan, dilakukan tindakan
nefrektomi.
Batu di pielum ginjal. Batu-batu ini kadang-kadang dapat menyumbat dan
dapat menimbulkan infeksi sehingga dapat menyebabkan nyeri kolik dan gejala
lain. Sebaiknya batu pada daerah ini dilakukan pengangkatan batu, karena batu dapat tumbuh terus ke dalam
kaliks mayor sehingga tindakan
operasi akan lebih sulit untuk dilaksanakan.
Batu di atas up junction. Daerah up junction
merupakan salah satu tempat penyempitan
ureter yang fisiologis sehingga besarnya batu diperkirakan tidak dapat melalui daerah tersebut. Tindakan
penanggulangan dengan durante operasionum disertai kalibrasi lumen up junction
dan batu akan residif kembali. Pemasangan bongie dilakukan sampai
dengan ukuran 18F masih dapat lewat
dengan mudah. Apabila upaya tersebut tidak dapat dilakukan, tindakan
selanjutnya adalah pielum plastik.
• Batu
ureter
Tiba-tiba timbul nyeri kolik mulai
dari pinggang hingga testis pada laki-laki atau ovarium pada perempuan. Pada
posisi apapun pasien sangat kesakitan kadang-kadang disertai perut kembung,
mual, muntah, gross hematuri. Diagnosis gangguan ini ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium dan BNO/ IVP, pada pemeriksaan laboratorium terlihat
urine banyak mengandung eritrosit.
Tindakan penanggulangan pada gangguan
ini kalau perlu dilakukan tindakan operasi. Ada kalanya tidak perlu dilakukan operasi,
hal ini bergantung pada besar-kecilnya batu. Untuk batu yang kecil dengan
bentuk memanjang kurang dari 1 cm, diperkirakan dapat turun ke kandung kemih,
diberikan terapi konservatif yaitu pemberian diuretika, antispasmodik,
antibiotik, pasien dianjurkan untuk banyak minum. Dan observasi dilakukan
selama kurang lebih 3-6 bulan.
• Batu kandung kemih
(vesikolitiasis)
Batu kandung kemih diperkirakan dapat
terjadi karena kuranguya higiene pada saluran kemih dan kurangnya nilai gizi.
PATOFISIOLOGI
Bata kandung kemih pada anak terutama karena
faktor gizi yang kurang baik, sehingga dapat mengakibatkan malnutrisi yang
dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga
mudah timbul infeksi. Pada infeksi saluran kemih bakteri dapat mengakibatkan sel-sel epitel terlepas dan menjadi modus, kemudian
mengendapkan zat-zat organik dan terbentuk batu.
PEMBAGIAN BATU KANDUNG KEMIH
Batu buli-bull Pada anak-anak. Tanda dan gejala
berupa rasa nyeri sekali pada waktu miksi,
anak menangis keras, mengejan, pada anak laki-laki menarik penisnya sambil berlari ke sana ke maxi karena
menahan sakit. Kadang-kadang disertai
prolaps ani. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder, pemberian
antispasmodik, dilakukan ketok batu dengan jalan mengosongkan kandung kemih, kemudian masukkan bongie ke dalam kandung
kemih, bila hasilnya positif berarti
ada batu. Tindakan operatif opositif vesiko liotkotomi (sectio alto).
Tindak lanjut
opeasi batu buli-buli dilakukan 3 bulan untuk mencegah terbentuknya batu kembali.
Batu kandung kemih pada
orang dewasa. Tanda dan gejala
biasa disebut sebagai trias batu
kandung kemih (buli-buli), yaitu hematuria, disuria, dan urine keruh
(pancaran urine terganggu dan menjadi lancar kembali, bila dilakukan perubahan
posisi). Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan foto BNO/IVP dan analisis urine. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian
antibiotika, antispasmodik, dan analgetik.
Batu uretra
Batu uretra
biasanya adalah batu yang berasal dari ginjal atau kandung kemih. Pasien yang mengalami gangguan
ini menunjukkan gejala sulit miksi. sewaktu
miksi terasa sakit, urine keluar sedikit-sedikit (menetes). Kandung kemih penuh berisi urine. Pemeriksaan diagnostik
dengan memasukkan kateter ke dalam
uretra, bila terasa ada tekanan kemungkinan uretra ter
sumbat batu.
Tindakan
pengobatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan pelarut batu. Lakukan
kateterisasi atau pungsi kandung kemih untuk mengeluarkan urine, kalau
perlu dilakukan operasi. Akan balk bila dilakukan penanganan Betas cepat dan
tepat, ukuran batu masih kecil dan pungsi kandung kemih masih baik.
Pasien dianjurkan untuk banyak minum. 2-3 liter per hari. Olahraga terutama kegiatar.
melompat-lompat agar bate yang masih kecil dapat
ikut keluar bersama urine. Bila batu keluar, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
untuk mengetahui jenis batunya Pasien diberi diet rendah protein, agar
tidak terbentuk batu kembali.
Bab 2 Penatalaksanaan
Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
• Trauma
traktus urinarius
Trauma traktus
urinarius terjadi karena adanya benturan yang mengenai
traktus
urinarius. Trauma traktus urinarius dapat mengenai ginjal, ureter, kandung kemih,
uretra.
Gangguan atau
penyakit ginjal meliputi karbunkel ginjal, tuberkulosis ginjal,
glomerulonefritis (akut, kronik), nefrotik sindrom, hindronefrosis, gagal
ginjal (akut, kronik).
PROSES
KEPERAWATAN: PASIEN GANGGUAN SISTITIS
• Pengkajian
Geiala subjektif:
» Pasien mengeluh
sexing miksi dan bertanya tentang penyakitnya
Pada waktu miksi
terasa sakit
• Kadang-kadang urine keluar bercampur darah
» Terasa nyeri pada
daerah suprapubik dan perineal
Geiala objektif:
Pasien Bering
miksi
Terdapat hematuri
Pasien meringis
kesakitan sewaktu miksi (disuria)
Hasil pemeriksaan
IVP dan sistoskopi menunjukkan adanya kelainan
• Diagnosa
keperawatan
Perubahan ketidaknyamanan
yang berhubungan dengan peradangan dan infeksi kandnug kemih.
Perubaban pola
eliminasi urinarius yang berhubungan dengan proses peradangan.
Kurang
pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya.
• Perencanaan
dan implementasi
INTERVENSI
KEPERAWATAN
- Merecirkan nyeri clan
ketidaknyamanan. Nyeri dan ketidaknyamanan yang berkaitan dengan infeksi saluran perkemihan cepat hilang bila
49
50
Keperawatan
Medikal Bedah untuk AKPER
Bab 2 Penatalaksanaan
Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
dilakukan terapi
antibiotik. Agens antispasmodik mungkin bermanfaat dalam meredakan
kepekaan kandung kemih dan nyeri. Aspirin, kompres papas pada perineum, dap
rendam duduk pangs membantu menghilangkan ketidaknyamanan dap spasme.
2. Meredakan frekuensi, dorongan, dap hesitansi
dalam berkemih. Pasien dianjurkan untuk banyak minum secara bebas (air adalah
pilihan terbaik) untuk meningkatkan aliran darah ginjal dap membilas bakteri
dari traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih (mis. kopi, teh,
cola, alkohol) dihindari. Dianjurkan sexing berkemih (setiap 2-3 jam)
untuk mengosonkan kandung kemih secara seksama, karena ini bermanfaat dalam
menurunkan jumlah bakteri urine, mengurangi stasis urine, dap mencegah infeksi ulang.
3. Pendidikan pasien. Perempuan yang mengalami infeksi urinarius ber
ulang harus
mendapat instruksi detil tentang hal-hal berikut:
a. Kurangi
konsentrasi patogen pada liang vagina dengan tindakan higienik.
» Mandi
guyur daripada mandi rendam, karena bakteri di bak mandi banyak yang memasuki uretra.
» Bersihkan
sekitar perineum dap meatus uretra setelah setiap defekasi (dengan gerakan dari depan ke belakang)
b. Minum cairan
dengan jumlah bebas selama sehari untuk membilas bakteri, mengeluarkan kopi, teh, cola, clan alkohol.
c. Berkemih setiap
2 sampai 3 jam selama sehari dap pengosongan kandung kemih komplet. Tindakan ini
mencegah distensi kandung kemih dap menurunkan suplai darah ke dinding kandung
kemih, yang
mempredisposisikan pasien pada ISK.
d. Bila hubungan
seksual menimbulkan kejadian bakteriuria: Berkemih dengan segera setelah hubungan seksual.
Gunakan dosis
tunggal agens antimikroba oral setelah hubungan seksual.
e. Bila bakteri
terus tampak dalam urine, terapi antimikroba jangka panjang mungkin
diperlukan untuk mencegah kolonisasi area periuretral
dap kambuhan infeksi. Obat harus digunakan setelah pengosongan kandung kemih sebelum pergi tidur untuk menjamin konsentrasi obat adekuat selama periode malam
hari.
1. Mengalami
peredaan nyeri:
a. Melaporkan tidak ada nyeri,
dorongan, disuria, atau hesitansi pada saat berkemih.
b. Menggunakan analgesik dap agens
antimikroba sesuai ketentuan. c. Minum 8
sampai 10 gela
cairan setiap hari. d. Berkemih
setiap 2 sampai 3 jam. e. Urine
jernih dap bebar bau.
2. Meningkatkan
pengetahuan tentang tindakan pencegahan dap peng
obatan.
3. Bebas dari
komplikasi:
a. Melaporkan tidak ada infeksi atau
gagal ginjal (mual, muntah,
keletihan,
pruritus).
b. Mempunyai
kadar kreatinin serum dap BUN normal, kultur darah
dap urine negatif.
c. Menunjukkan tanda vital dap suhu
normal; tidak ada tanda sepsis. d.
Mempertahankan haluaran urine adekuat (>30 ml/jam).
PROSES
KEPERAWATAN:
PASIEN GANGGUAN
BATU GINJAL
• Pengkajian
Pasien dengan kecurigaan bate ginjal
dikaji untuk nyeri dap ketidaknyamanan. Berat dap lokasi nyeri ditentukan
bersamaan dengan penyebaran nyeri. Pasien juga dikaji untuk adanya gejala yang
berkaitan, seperti meal, muntah, diare, dap distensi abdomen. Pengkajian
keperawatan meliputi mengobservasi tanda infeksi traktus urinarius (menggigil,
demam; disuria, Bering berkemih, dap hesitansi) dap obstruksi (Bering berkemih
dengan jumlah sedikit, oliguria, atau anuria). Selain itu, urine dilihat
terhadap adanya darah dan pecahan batu.
Riwayat difokuskan pada faktor-faktor
yang mencetuskan pasien pada bate traktus urinarius. Faktor-faktor yang
mencetuskan pasien pada pembentukan batu dapat meliputi riwayat keluarga
tentang batu, adanya kanker atau gangguan sumsum tulang, atau penggunakan agens
kemoterapi, Penyakit inflamasi usus, atau diet tinggi kalsium atau purin.
Faktor-faktor
;•
Evaluasi
HASIL YANG
DIHARAPKAN
51
52
Keperawatan
Medikal Bedah untuk AKPER
yang dapat
mencetuskan pembentukan batu pada pasien yang telah meng
alami batu
ginjal meliputi episode dehidrasi, imobilisasi dalam waktu lama, dan infeksi.
Pengetahuan pasien tentang batu ginjal dan tindakan pencegahan kejadian atau kekambuhannya
juga dikaji.
• Diagnosa
keperawatan
Berdasarkan data
pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dengan bate ginjal meliputi:
Nyeri yang berhubungan dengan
inflamasi, obstruksi, dan abrasi traktus
urinarius
Kurang pengetahuan
tentang pencegahan kekambuhan batu ginjal
:•
Perencanaan dan implementasi INTERVENSI KEPERAWATAN
I . Meredakan nyeri. Peredaan segera pada nyeri hebat karena
kolik ureteral atau renal diatasi
dengan analgesik narkotik. Pemberian intravena dan intramuskular dapat
diresepkan untuk memberikan peredaan cepat. Pasien dianjurkan dan dibantu untuk memilih posisi yang nyaman. Bila aktivitas
menimbulkan peredaan nyeri, pasien dibantu untuk ambulasi. Nyeri pasien dipantau dengan ketat, dan
peningkatan kehebatannya dilaporkan
dengan segera pada dokter sehingga peredaan dapat diberikan dan tindakan tambahan dilakukan.
2. Pendidikan pasien. Karma tidak diketahuai apakah
batu urinarius terhadap setelah pertama
kali batu tersebut terbentuk, pasien dianjurkan untuk mengikuti program
untuk menghindari pembentukan bate lebih lanjut.
Salah sate pencegahannya adalah mempertahankan masukan cairan ban
yak, karena batu terbentuk dalam urine pekat. Pasien yang cenderung membentuk batu harus minum cairan cukup
untuk mengeluarkan 3000 sampai 4000
ml urine setiap 24 jam. harus mentaati diet yang ditentukan, dan harus menghindari peningkatan suhu lingkungan tiba-tiba,
yang dapat menyebabkan penurunan volume urine. Pekerjaan dan aktivitas yang menimbulkan berkeringat hebat
dapat menimbulkan dehidrasi hebat: karenannya masukan cairan harus
ditingkatkan. Cairan yang cukup harus diminum
pada sore hari untuk mencegah urine menjadi
terlalu pekat pada malam hari. Kultur urine dilakukan setiap 1 sampai 2 bulan pada tahun pertama dan kemudian
secara periodik.
1. Mengalami
peredaan nyeri
2. Menunjukkan peningkatan pengetahuan
tentang perilaku sehat untuk mencegah
kekambuhan.
a. Mengkonsumsi
masukan cairan tinggi (10-12 gelas cairan per hari) b. Melakukan aktivitas yang
tepat.
c. Mengkonsumsi
diet yang ditentukan untuk mengurangi faktor-faktor
diet yang
mencetuskan pembentukan batu.
d.
Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan pada pemberi pe
rawatan kesehatan (demam, menggigil,
nyeri panggul, hematuria). e. Pantau pH urinarius sesuai petunjuk.
f. Menggunakan obat
yang diresepkan sesuai petunjuk untuk me
ngurangi pembentukan batu.
3. Tidak ada
komplikasi.
a. Tidak
menunjukkan sepsis dan infeksi.
b. Berkemih 200
sampai 400 ml urine jernih tanpa sel darah merah
setiap berkemih.
c. Melaporkan
tidak ada disuria, sering berkemih, dan hesitansi. d. Tidak menunjukkan suhu tubuh
normal.
PROSES
KEPERAWATAN:
PASIEN
GLOMERULONEFRITIS AKUT
• Pengkajian
Riwayat komprehensif harus dilakukan
pada pasien dengan kecurigaan glomerulonefritis
tentang adanya infeksi traktus respiratorius atas yang baru dan infeksi kulit, atau riwayat glomerulonefritis.
Adanya prosedur invasif juga harus
ditanyakan. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan asites, efusi pleural, dan manifestasi gagal jantung kongestif dengan
edema pare. Urine harus diperiksa dengan ketat terhadap warna, jumlah,
dan adanya substansi abnormal. Tanda vital
harus diperiksa dengan ketat, khususnya tekanan darah.
Diagnosa
keperawatan
Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia dan penurunan kebutuhan metabolik.
Bab 2 Penatalaksanaan
Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
• Evaluasi
HASIL YANG
DIHARAPKAN
53
54
Keperawatan
Medikal Bedah untuk AKPER
Bab 2 Penatalaksanaan
Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
55
Kelebihan volume
cairan yang berhubungan dengan penurunan haluaran urine.
Keletihan yang berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik karena
penyakit.
Risiko terhadap
kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan edema.
Risiko terhadap infeksi yang
berhubungan dengan perubahan respons imun sekunder akibat pengobatan.
• Perencanaan
dan implementasi
INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Memenuhi kebutuhan nutrisi. Penting
sekali melindungi ginjal sementara ginjal tersebut memulihkan fungsinya. Diet ditentukan
oleh dokter yang secara
umum tinggi kalori dan rendah protein. Diet ini menghindari katabolisme protein dan memungkinkan ginjal
beristirahat karena ginjal berperan
lebih sedikit menangani molekul dan metabolit protein. Derajat pembatasan protein bergantung pada jumlah
protein yang diekskresikan dalam
urine dan kebutuhan pasien. Natrium juga dibatasi bergantung pada jumla edema yang ada. Anoreksia.
mual dan muntah dapat mempengaruhi
masukan adekuat, yang menuntut intervensi kreatif pada pihak perawat. Ahli diet
dapat membantu merencanakan diet klien dalam keadaan pembatasan ini.
2. Mempertahankan
keseimbangan cairan. Keseimbangan cairan yang tepat adalah penting. Pemantauan yang tepat terhadap
berat badan dan masukan serta haluaran
membantu menentukan progresi edema karena memberikan perkiraan fungsi ginjal.
Pengukuran harian terhadap fungsi ginjal (mis. kaki dan abdomen) juga
memberikan perkiraan fungsi ginjal. Masukan
cairan harus dibatasi. Rasa haws dapat diatasi dengan menghisap permen atau menggunakan batu es daripada
segelas air. Bantu pasien untuk
merencanakan distribusi cairan selama sehari (mis. bersamaan dengan makan).
3. Memenuhi
kebutuhan istirahat. Istirahat adalah penting-baik secara fisik dan emosi.
Terdapat hubungan antara aktivitas dan jumlah hematuria dam
proteinuria. Latihan juga meningkatkan aktivitas katabolik. Aktivitas yang
diizinkan bergantung pada basil pemeriksaan urinalisis. Tirah baring dilakukan sesuai dengan
periode aktivitas yang sangat dibatasi, dapat
dilanjutkan selama beberapa minggu sampai bulan.
Aktivitas
pengalih yang tepat dapat membantu pasien menghadapi imobilitas fisik
yang lama ini.
4. Memelihara integritas kulit. Edema mempengaruhi
nutrisi selular, yang membuat klien lebih
rentan terhadap kerusakan kulit. Gunakan kewaspadaan untuk mencegah komplikasi ini. Intervensi meliputi higiene
yang baik, masase, dan perubahan posisi, serta penggunaan tindakan profilaktik seperti alat di tempat tidur.
5. Mencegah infeksi.
Glomerulus
sangat menurunkan pertahanan tubuh pasien terhadap infeksi, khususnya organisme
streptokokal. Karenanya, imunosupresif dan kortikosteroid lebih lanjut menurunkan
pertahanan pasien. Meskipun isolasi tidak perlu, diperlukan perlindungan klien
dari orang
yang mengalami infeksi. Tindakan pendukung umum membantu menguatkan
mekanisme pertahankan pasien. Penyuluhan pasien harus mencakup cara
yang tepat untuk menghindari infeksi, khususnya infeksi
pernapasan dan
saluran kemih.
• Evaluasi
HASIL YANG
DIHARAPKAN
1. Pasien
mempertahankan masukan nutrisi adekuat, dibuktikan oleh tidak adanya penurunan
berat badan, tidak ada keseimbangan nitrogen negatif, dan elektrolit normal.
2. Pasien
mempertahankan masukan dan haluaran seimbang, dibuktikan oleh tidak adanya
manifestasi edema atau kelebihan beban cairan.
3. Pasien mengalami keseimbangan
istirahat dan aktivitas yang adekuat, dibuktikan oleh tidak adanya keluhan
keletihan.
4. Pasien tidak
mengalami kerusakan kulit, dibuktikan oleh kulit tetap utuh. 5. Pasien tidak
mengalami infeksi, dibuktikan oleh suhu normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar